Oleh: Dr. H. Agus Mulyono, M.Kes.
Perkembangan Sains dan teknologi yang ada seringkali menyebabkan hal buruk pada alam, seringkali inovasi-inovasi teknologi banyak yang menyebabkan rusaknya lingkungan, rusaknya makhluk yang lain, rusaknya alam, rusaknya ekologi dan menurunnya kualitas hidup manusia (baik disengaja maupun tidak).
Seringkali Sains dan teknologi dibuat dan dikembangkan dengan menantang dan menaklukkan alam, sehingga alam bukan lagi sesuatu yang harus dinikmati keindahannya, keharmonisannya, makna hakikinya tetapi lebih kepada untuk menguasainya, lebih untuk mengeksploitasinya… seolah-olah alam adalah sesuatu diluar diri kita seperti benda mati yang memang dicipta untuk dieksploitasi. Alam dianggap sesuatu yang harus dicari manfaatnya bagi manusia, alam dianggap tidak lebih dari benda mati yang memang diciptakan untuk dieskploitasi.
Terjadinya banjir, tanah longsor, tsunami, dan berbagai bencana alam adalah akibat dari sains yang dikembangkan dengan paradigma Newtonian Cartesian, atomistik, lenieristik. Sains dan teknologi yang dikembangkan dengan berbasis pada paradigma yang menganggap bahwa terdapat pemisahan antara kesadaran dengan materi, alam dianggap sebagai takberkesadaran dan tidak punya makna. Alam semesta dianggap sebagai benda mati, objek belaka. Sehingga memutuskan interkoneksitas jejaring kehidupan antara manusia dengan alam dan dengan hal-hal transendental. Dampaknya apa yang dilakukan bertujuan untuk menguasai segala sesuatu. Alam dipahami bukan untuk mencari makna kehidupan, melainkan untuk dikuasai sedemikian rupa.
Dan apa yang telah terjadi didunia ini berkaitan dengan rusaknya alam adalah konsekwensi logis dari perkembangan sains dan teknologi yang berbasis pada paradigma itu.
Dalam sebuah diskusi filsafat, pak kyai bilang banwa sangat perlu untuk mengkaji kembali tentang eksistensi sains, dalam rangka membangun peradaban dunia selanjutnya… dan yang penting lagi berkaitan dengan keberlanjutan generasi selanjutnya. Menurut pak kyai bahwa perlu direnungkan kembali tentang hakikat sains, tetapi tidak saja berhenti dihakikatnya tetapi juga perlu direnungkan tentang masa depan sains bagi kelangsungan kehidupan manusia dan kehidupan makhluk lainnya di alam semesta ini.
Pak Kyai pernah bilang bahwa alam semesta tidak dapat direduksi menjadi entitas-entitas fundamental apapun, tetapi harus dipahami sepenuhnya melalui konsistensi dengan dirinya sendiri. Segala sesuatu eksis karena hubungan-hubungan konsisten satu dengan lainnya. Alam semesta merupakan suatu jaring-jaring dinamis dari berbagai peristiwa yang saling terkait. Tidak satu pun sifat-sifat dari bagian manapun dari jaring-jaring ini yang fundamental, semuanya mengikuti dari sifat-sifat bagian lainnya, dan konsistensi keseluruhan dari kesalinghubungan menentukan struktur dari keseluruhan jaring-jaring ini.
Disinilah peran penting bagi lembaga pendidikan yang berbasis Islam (LP Ma’arif), Madrasah dan Perguruan Tinggi Islam. Bahwa bagaimana seharusnya sains dan teknologi dikembangkan…
Bahwa sains dan Teknologi dibuat dan dikembangkan dengan tetap selaras dengan alam, bukan dengan melawan dan menaklukkan alam.
Bahwa sains dan teknologi dibuat dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hidup bagi semua makhluk (bukan untuk manusia saja tetapi untuk makhluk lainnya yang ada dialam semesta ini) dan kehidupan yang selalu harmonis dengan alam. Sehingga perlu betul-betul direnungkan mulai dari ide, metodologi dan dampaknya terhadap keberlangsungan kehidupan di alam semesta ini.
Wallahu a’lam