Prof. Dr. K.H. Imam Suprayogo. Selasa 14 Maret 2023
Mendengar istilah korupsi, saya selalu teringat ketika saya memberi kuliah yg mahasiswanya di antaranya sudah menjadi pejabat. Termasuk pejabat di departemen pajak.
Pejabat pajak yang kuliah lagi ini pernah bercerita tentang kerjanya yang dianggap sukses, sehingga agar prestasi itu merata, ia sering dipindah dari satu kota ke kota lain.
Untuk mengurangi penyimpangan keuangan, pejabat pajak ini punya strategi aneh. Dia mengkategorikan stafnya menjadi dua, yaitu tipe boys dan tipe tampak taliban. Kedua type staf ini punya perilaku beda. Mereka yang tampak boys penting untuk tampil pada acara-acara serimonial, agar penampilan kantor tampak modern. Pejabat pajak ini mengatakan bhw sekalipun tampak necis dan modern, staf yg boys ini tidak cocok diletakkan di bagian yang rawan menyimpangkan uang negara. Sekalipun diawasi sedemikian ketat tetapi masih selalu saja bisa menyimpang.
Berbeda dengan tipe boys adalah yang bertipe taliban. Mereka yang bertipe taliban ini, agar kerjanya bagus, —-kata pejabat pajak, cukup disediakan mushalla. Mereka gelisah jika tidak bisa shalat berjama’ah tepat waktu.
Staf yang bertipe taliban ini jangan sekali-kali diwakilkan untuk menghadiri undangan yg bersifat hura-hura, dan apalagi harus berdansa dan semacamnya. Pasti tidak bisa tampil dan akan disebut kampungan.
Akan tetapi hebatnya, staf yang bertipe taliban ini, tatkala diserahi mengurus uang dipastikan tidak akan diselewengkan. Orang tipe taliban ini penampilannya tidak menarik, tetapi dari kejujurannya sangat bisa dipercaya. Mereka ini tidak berani menyimpangkan uang bukan karena takut atasan tapi mereka takut kepada Dzat Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Kisah ini kiranya perlu dijadikan bahan renungan dan pertimbangan..
Menyimak berbagai kasus korupsi di kementerian keuangan seharusnya menyadarkan semua kalangan bahwa pengelolaan keuangan tidak cukup mengandalkan kemampuan otak. Para pejabat yang korup itu tentu memiliki pengetahuan dan ilmu yang hebat, otak cerdas, tahu mana yang benar dan mana yang keliru, mengerti cara kerja terbaik untuk negara dan bangsanya. Apalagi kesejahteraan mereka telah tercukupi. Pertanyaannya, mengapa mereka masih menyimpangkan uang negara atau korupsi. Apa yang kurang dan segera harus ditambal. Para guru besar PTKIN seharusnya bersedia menjawab secara tepat.
Perilaku manusia selalu berawal dari suara batin atau hatinya. Jika seseorang hatinya baik dan sehat maka insya Allah perilaku terpuji akan bisa diwujudkan. Korupsi pada batas-batas tertentu akan bisa dicegah. Suara batin yang sehat akan menolak ajakan hawa nafsu untuk menyimpang.
Cara menghidupkan suara batin yang selalu mengajak kepada kebenaran inilah yang perlu disuarakan oleh para guru besar PTKIN. Wilayah batin adalah menyangkut ruhani dan ini adalah urusan agama. Inilah sebabnya saya katakan bawa peran guru besar PTKIN menjadi sangat strategis di negeri ini. Yaitu menghidupkan suara batin yang selalu mengajak kepada kebenaran dan sifat amanah. Se moga peran strategis itu bisa dimainkan bersama.
Penyunting: mzizzybq