Oleh: Muhammad Masykur Izzy Baiquni. Kamis 26 Januari 2023
“Pertandingan yang sesungguhnya selalu terjadi antara apa yang telah Anda capai dengan apa yang mungkin Anda capai” Geoffrey Gaberino
Gerimis tak kunjung berhenti sejak tengah malam. Sambil menikmati semilir angin saya membaca sebuah tulisan yang sangat menarik. Pengusaha George Crane dalam tulisan itu berkata “Tidak ada masa depan dalam pekerjaan apa pun. Masa depan ada dalam diri orang yang memegang pekerjaan itu.”
Robert Gross, mantan Presiden Lockheed Aircraft Corporation menjelaskan “Jangan samakan membangun perusahaan dengan membangun produk, karena perusahaan tidak ada artinya tanpa karyawan, dan hasil yang mereka berikan pun tidak lebih baik dari diri mereka sendiri. Kita tidak membangun mobil, pesawat terbang, lemari es, radio, atau tali sepatu. Kita membangun karyawan.Karyawanlah yang membangun produk.” Sekali lagi pikiran saya kembali lagi membawa saya teringat tentang ISO.
Dua pekan ini saya agak “dimanja” dengan menikmati hidangan ISO dan organisasi. Memang mungkin hanya sekedar menyicipi sedikit dan tidak sedalam ahli atau pakar, namun wajah dari ISO dalam lembaga atau organisasi seperti sudah saya lihat.
Belajar International Organization for Standadization atau memiliki nama ISO berarti kita sedang belajar mengenal sistim manajemen yang dipakai oleh dunia. Standar dalam ISO 9001:2015-21001:2018 memiliki beragam keunggulan: Pertama, standar yang dikenal sangat luas pada hampir semua organisasi; Kedua, standar yang dikenal sangat luas di banyak Negara; Ketiga, standar yang dapat digunakan sebagai standar pembelajaran untuk pengembangan berkelanjutan; Keempat, standar yang dapat dignakan untuk mencapai standar lain; Kelima, standar pembelajaran; Keenam, diadopsi oleh standar-standar lain sebagain kecil atau sebagian besar; Ketujuh, dapat digunakan untuk berorganisasi secara scientific; Kedelapan, menguatkan LPM; dan Kesembilan, linier dengan skema SPMI dari Dikbud (PPEPP-PDCA).
Manfaat ISO 21001:2018 sangat dibutuhkan dalam pembelajaran di sekolah maupun di perguruan tinggi. Sugeng Listyo Prabowo menjelaskan pembelajaran yang bisa kita dapat dalam mendalami dan melaksanakan ISO adalah Pertama, membelajarkan orang-orang di sekolah dan perguruan tinggi untuk terhubung satu sama lainnya, disini saling belajar untuk menghilangkan egosektoral; Kedua, belajar supaya lembaga pendidikan mampu melayani dengan baik; Ketiga, Belajar terus memiliki selera yang baik terhadap melayani orang lain; Keempat, belajar untuk antisipasi (preventive action) dengan menyiapkan risk management; Kelima, belajar untuk menyepakati sesuatu; Keenam, belajar untuk memutuskan berdasarkan fakta; dan Ketujuh, sekolah dan perguruan tinggi belajar untuk menyelasikan masalah secara komprehensif.
Lalu bagaimana dengan implementasi dari Comitment-Competence-Coordination supaya sukses menjadi budaya? Disinilah perlu Kita mulai dengan melaksanakan terlebih dahulu, selanjutnya kita melakukan perbaikan pelaksanaan yang terkait dengan satu siklus utuh. Perbaikan ini perlu dilakukan secara konsisten dengan memahami dan memerdulikan kesulitan dalam pelaksanaannya. Sugeng Listyo Prabowo juga menambhakan bahwa sebuah kesulitan harus diterjemahkan secara jelas, disinilah fungsi leader dibutuhkan. Leader mencari jalan keluar untuk setiap kesulitan dengan strategi solusi teknologi ataupun solusi lain yang sederhana.
Dalam implementasi dikenal juga adanya prinsip “We give more than they expect” dan prinsip “We can’t managed what we can’t measured”. Kuat dalam ingatan Saya ketika tokoh ISO Indonesia Solichin A. Darmawan berkata bahwa ISO bukan untuk mempermalukan orang. Lalu bagaimana faktor pendukung implementasi berikutnya? Jawabannya adalah sekolah atau perguruan tinggi harus memperbanyak kegiatan pelatihan tentang peningkatan kualitas.
Bicara kompetensi. Dari diskusi saya dengan Solichin A. Darmawan Direktur Decra Group Indonesia bahwa sebuah organisasi atau lembaga pendidikan harus bisa: Pertama, menentukan kompetensi yang diperlukan dari orang yang melakukan pekerjaan di bawah kendalinya yang memengaruhi kinerja dan efektivitas sistim menajemen mutu; Kedua, memastikan bahwa-orang-orang ini kompeten atas dasar pendidikan, pelatihan, atau pengalaman, di mana berlaku, mengambil tindakan untuk memeroleh kompetensi yang diperlukan, dan mengevaluasi efektivitas tindakan yang diambil; Ketiga, menyimpan informasi didokumentasikan sebagai bukti kompetensi.
Pertanyannya adalah, apakah leader bisa menginspirasi anggota tim dengan kompetensi yang tinggi? Seorang pemimpin yang berkompeten berbuat lebih dari sekedar melakukan pekerjaan dengan sangat berhasil. Kata kompeten sering digunakan dengan arti “cukup memadai”. Namun definisi lain mendefinisakan “kompeten adalah memenuhi persyaratan dengan baik”.
Saya ingin mengutip dari Buku The Maxwell Daily Reader tentang persamaan orang-orang yang sangat berkompeten. Pertama, mereka berkomitmen pada keunggulan. Kedua, mereka tidak mau terus menjadi orang yang sedang-sedang saja. Ketiga, mereka menaruh perhatian pada hal-hal detail. dan keempat, mereka melakukan pekerjaan dengan penuh konsistensi. Mungkin sebuah kalimat yang sangat menantang untuk diperjuangkan menjadi pikiran kita. Kalimat itu berbunyi “Laksanakan pekerjaan dengan tingkat kompetensi tertinggi dan tuntutlah hal yang sama dari seluruh anggota tim Anda”. Bisakah? Kita sendiri yang tahu jawabannya!
Wallahu a’alam
Mzizzybq. Kamis 09:59 wib