
Izzy. Ahad, 02 Februari 2025
“Nilai-nilai menentukan karakter, dan karakter menentukan tujuan hidup kita”
LP Ma’arif PCNU Kabupaten Malang
Porseni untuk berlatih, bukan berlatih untuk porseni. Itu kata yang muncul dalam benak saya saat menjadi juri sebuah kompetisi.
Tiga orang sastrawan Indonesia Ketika di tanya apa yang sangat dibutuhkan oleh penulis produktif. Apakah mood, skill, fasilitas atau lainnya? Yang pertama menjawab passion, yang kedua menjawab Latihan, dan yang ketiga menjawab disiplin.
Namun pertanyaan yang muncul lagi di dalam fikiran saya ketika bicara kompetsisi yaitu apa yang ingin diraih peserta dalam kompetisi, prestasi atau sebuah integritas? Selama ini sepertinya yang lebih sering dituju adalah prestasi bukan integritas. Seharusnya menuju integritas.
Prestasi adalah sebuah akibat dari kualitas pribadi baik yang menghasilkan karya bermutu. Kualitas seseorang dan karyanya memberikan nilai bagi prestasinya. Apabila karya yang dicapai baik begitu juga integritasnya, bila karya yang dihasilkan buruk maka kurang bagus integritasnya.
Webster’s New Universal Unabridged Dictionary menjelaskan integritas sebagai adherence to moral ethical principles; soundness of moral character; honesty.” Yaitu ketaatan pada prinsip prinsip moral dan etika; keteguhan karakter moral; kejujuran. Integritas lebih mengutamakan karakter daripada keuntungan pribadi, orang lain daripada benda, prinsip kenyamanan dan pandangan jangka panjang daripada kepuasan instan.
Prestasi dalam buku Becoming a Person of Influence hasilnya bersifat sementara, berfokus pada hak yang ingin diterima misalkan hadiah atau trophy lainnya, hanya mengembangkan satu orang sebagai pelaksana, terpaku atau terfokus pada pencapaian di masa lalu, bagi mereka yang kalah dalam kompetisi seringkali menimbulkan rasa ketidakpuasan, dan membantu pribadi sendiri mencapai tujuan.
Integritas dalam symbol karakter menghasilkan dampak yang berbeda dan lebih kuat sebab lebih bersifat permanen, berfokus pada tanggung jawab mengembangkan banyak orang, dan menyiapkan warisan peradaban bagi masa depan. Maka nilai karya seseorang setara dengan keahlian pelakunya. Kebutuhan integritas di masa lalu dan saat ini tetap berlaku, meskipun hal ini kadang dibuang oleh mereka yang hidup di dunia serba cepat.
Integritas sebagai pondasi menghadapi badai kehidupan. Penelitian yang dilakukan oleh Center for Creative Research menemukan bahwa meskipun Anda menyelesaikan banyak kesalahan dan rintangan dalam perjalanan menuju puncak organisasi atau kelembagaan, Anda tidak akan pernah mampu bergerak naik jika Anda mengompromikan integritas dengan mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepada Anda.
wallahu a’laam