Ekosistem Kemandirian Lembaga Non Profit
- account_circle Muhammad Masykur Izzy Baiquni
- calendar_month 21 jam yang lalu
- visibility 65

Prof. Amka. Selasa, 28 Oktober 2025
LP Ma’arif PCNU Kabupaten Malang.
Seringkali kita mendapati pernyataan “kita harus menjadi orang yang mandiri”, sebenarnya apakah sebenarnya mandiri itu? Menurut kamus besar bahasa Indonesia, secara umum, mandiri berarti seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain, atau bisa juga mandiri Adalah tekad untuk bekerja keras demi mencukupi kebutuhan hidup tanpa mengandalkan orang lain. Pertanyaannya adalah apakah bisa kita hidup tanpa mengandalkan orang lain? Tampaknya tidak mungkin, karenanya makna mandiri sebenarnya adalah kemampuan individu untuk mengatur hidupnya sendiri, membuat keputusan, dan mengambil tanggung jawab atas tindakan dan pilihannya agar tercipta sebuah ekosistem untuk survive. Berarti, kurikulum untuk membentuk kepribadian yang mandiri adalah bagaimana seorang individu diajari untuk mengambil sebuah keputusan dengan berbagai macam resiko yang dihadapinya dan dia bertanggungjawab atas keputusannya itu, serta bagaimana mendesain sebuah ekosistem yang baik di mana di dalamnya ada dorongan, marketing, branding dan inovasi dari proses produksi yang dihasilkan oleh individu.
Bagaimana memulai kemandirian itu sendiri terutama bagi sebuah lembaga, misalnya lembaga pendidikan, karena ujungnya Adalah sebuah eksistensi dan survive, bahkan suistanable Lembaga itu sendiri agar tidak ditinggalkan pelanggannya, maka pertama yang harus dilakukan adalah lembaga itu harus Care alias peduli, pada pengguna (user) produk yang akan kita hasilkan, berarti kita harus mengidentifikasi kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh calon user kita, berarti manajemen lembaga pendidikan harus punya data based kebutuhan calon pengguna (user) itu sendiri dan pihak manajemen terutama seorang pemimpin yang mengelola lembaga pendidikan. Kepedulian terhadap pengguna (user) itu juga bisa dengan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan manajemen kelembagaan, serta harus terbuka (open mind) terhadap segala masukan dan kritikan dari pengguna (user). Jika manajemen sudah terbuka dan mulai transparan, maka muncul konsekuensi logis yaitu kepercayaan (trust).

Gb.1. Model Ekosistem Siklus Kemandirian Lembaga Non Profit
Kepercayaan (trust) Adalah kunci awal Lembaga Pendidikan untuk mengoptimalkan segala resources organisasi yang ada, yang mestinya akan berdampak pada keuntungan finansial sebuah lembaga. Resources itu bisa berupa barang atau jasa yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan, misalnya jasa layanan administrasi yang biasanya masyarakat sebagai user kesulitan untuk menggunakannya, dengan model jasa layanan administrasi online dan memudahkan maka masyarakat akan lebih senang menggunakannya meskipun harus membayar dari layanan itu, masyakat sebagai pengguna akan senang, begitu pula barang yang diproduksi oleh Lembaga Pendidikan misalnya seragam atau buku yang diproduksi oleh lembaga itu juga akan sangat disukai oleh masyarakat sebagai pengguna, karena sudah percaya. Jadi kepercayaan menghasilkan keuntungan finansial bagi eksistensi lembaga pendidikan itu sendiri. Keuntungan finansial inilah yang harus dimanfaatkan lembaga pendidikan itu untuk dijadikan data awal atau untuk mengetahui arus kas (cash flow), karena dititik ini status lembaga pendidikan yang mestinya nir laba, di poin ini sudah menjadi lembaga yang sudah masuk kategori profit, sehingga pengetahuan tentang arus kas (cash flow) harus di pahami oleh pihak manajemen.
Hal ini menunjukkan jika bisnis Anda memiliki cukup uang kas atau dana untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari. Ketika Anda memiliki arus kas positif, artinya jumlah uang tunai yang masuk ke bisnis Anda lebih banyak daripada yang Anda keluarkan. Dengan begitu, Anda tidak akan kesulitan untuk membayar tagihan dan menutupi pengeluaran lainnya. Sebaliknya, ketika arus kas bisnis Anda menunjukkan tanda negatif, berarti jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah pemasukan.
Segala pemasukan finansial itu sebenarnya di dalamnya ada beberapa hal yang pasti akan dilakukan oleh seorang pemimpin, yaitu keberanian mengambil Keputusan untuk menentukan produk lembaga pendidikan yang bersangkutan, karenanya memang data based sangat diperlukan dalam pengambilam Keputusan itu, selain itu juga pemimpin harus bertanggung jawab atas Keputusan dan pilihan yang dia lakukan dengan cara menerima konsekuensi yang bisa jadi akan menjadikan Lembaga Pendidikan itu memiliki pemasukan berlebih atau kurang.
Kemudian yang paling penting Adalah kita harus menyadari bahwa lembaga pendidikan itu secara natural didirikan dengan prinsip non profit, tidak seperti Perusahaan, karenanya hasil finansial yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, harus dikembalikan lagi kebermanfaatannya untuk kepentingan masyarakat sebagai pengguna (user) utamanya sebagai bentuk Care (peduli) lembaga pendidikan untuk pengguna. Begitulah siklus kemandirian yang harus dipahami oleh pengelola lembaga pendidikan, karena akan menjadi rumus dasar agar lembaga pendidikan itu bisa survive dan diterima dengan baik oleh masyarakat sebagai pengguna (user) nya.
Penulis:
Abdul Malik Karim Amrullah (Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Ketua LP Ma’arif NU Kab Malang)
Editor: Mz
- Penulis: Muhammad Masykur Izzy Baiquni
