Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Learning » PENDIDIKAN YANG NGU-WONG-KÉ

PENDIDIKAN YANG NGU-WONG-KÉ

  • account_circle humaslp
  • calendar_month Selasa, 12 Nov 2024
  • visibility 41

Prof. Dr. H. Ahmad Muhtadi, M.A. Repost, 12 November 2024

LP Ma’arif PCNU Kabupaten Malang

Howard Gardner, ahli pendidikan paling terkemuka dari Harvard University dalam buku mutakhirnya yang berjudul Truth, Beauty, and Goodness Reframed, Educating for the Virtues in the Twenty First Century seolah menyesali pemikiran-pemikiran pendidikannya sendiri yang terdahulu. Pemikiran terdahulu dia yang sangat revolusioner di dunia pendidikan adalah paradigma kecerdasan majemuk (multiple intelligences).
Ahli pendidikan yang sekaligus ahli psikologi itu sebelumnya cenderung melihat pendidikan lebih dari sudut pandang dua disiplin yang amat dominan pada masa-masa modern ini; biologi dan ekonomi. Perspektif yang dikembangkan lebih pada materialistik dan pragmatik. Kemudian dalam buku terbarunya, Gardner merasa perlu melihat upaya-upaya perumusan pendidikan dari sudut pandang yang humanioristik, yang meliputi sudut pandang filsafat, psikologi, sejarah, dan studi budaya (cultural studies).

Betapapun canggihnya, manusia bukanlah sebuah artificial intelligence semata. Manusia, selain memiliki kekuatan fisik dan kemampuan berfikir, ia adalah makhluk yang –terutama- memiliki jiwa dan hati. Kekuatan fisik dan kemampuan berfikir harus dikembangkan dan diaktualkan, seiring dengan dikembangkan dan diaktualisasikannya kemampuan jiwa dan kemampuan rohaniahnya. Oleh karenanya, pendidikan bukan hanya sekedar pengembangan kompetensi vokasional, yang dipahami secara sempit sebagai keterampilan-ketrampilan praktis, atau kompetensi akademik dalam bentuk kemampuan berpikir logis-analisis dan kemampuan melakukan penelitian, sepenting apapun keduanya dalam menentukan kesejahteraan hidup seseorang.

Karenanya, setiap upaya dan proses pendidikan harus mengembangkan perspektif holistik sekaligus integratif, yakni haruslah mampu melihat dan memperhatikan keseluruhan dari aspek potensi kemanusiaan. Potensi personal-eksistensial yang sedikit banyak bersifat spiritual, dan potensi sosial sebagai dasar sekaligus puncaknya, harus menjadi perhatian serius, bukan hanya krusial dalam menentukan kebahagiaan hidup seseorang, bahkan juga dalam penguasaan kemampuan-kemampuan teknis yang menentukan kesuksesan. Abraham Maslow belakangan merasa perlu menjungkir-balikkan segitiga kebutuhan manusia yang dikembangkan, yaitu kebutuhan fisik lebih dulu, kemudian kebutuhan spiritual & sosial menjadi kebutuhan kebutuhan spiritual & sosial lebih dulu kemudian kebutuhan fisik. Menurutnya, kebutuhan spiritual-personal dan sosial ternyata justru menjadi dasar yang baik bagi pemenuhan kebutuhan fisik, bukan sebaliknya.

Mencermati perilaku pelajar dan mahasiswa akhir-akhir ini  –dengan maksud tidak men-genaralisir- yang seringkali terjadi tawuran antar mereka, dan semakin meningkatnya angka pengangguran lulusan adalah merupakan indikasi kegagalan sistem pendidikan kita. Kegagalan tersebut merupakan salah satu kegagalan dalam mengembangkan sosial-emosional yang pada akhirnya dapat menyebabkan anak-anak kita tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan emosi positif dan rasa empati, yang sangat menentukan kesejahteraan psikologis dan sosial mereka; akibatnya mereka mudah patah dan menyerah, mudah galau, kurang percaya diri, tidak punya solidaritas sosial, padahal pertemanan adalah sumber, bukan hanya kesuksesan tetapi juga kebahagiaan. Kegagalan mengembangkan kecerdasan spiritual dan rohaniah –meminjam William James, Kawan Agung dalam The Great Socius-nya-  membuat anak kita tidak bahagia akibat keterasingan sumber keberadaannya.

Berdasarkan uraian diatas, program pendidikan yang harus dikembangkan, harus menekankan pada pengembangan daya rohaniah berupa kegiatan-kegiatan spiritual yang berorientasi pada pembinaan hubungan vertikal dengan Yang Maha Agung Allah SWT, kegiatan tafakkur, selain kegiatan akademik berupa observasional-saintifik, refleksi intelektual-filosofis dan estetik. Tidak kalah penting penanaman budi pekerti luhur, akhlak-sosial, khususnya sikap empati, cinta kasih, pemaaf, dan bebas rasa benci, pengembangan dan pelatihan etos hidup dan kerja yang baik; etos kerja keras, disiplin, telaten, ulet, pantang menyerah, percaya diri, dan lain sebagainya.

Kemampuan imajinatif yang terkait erat dengan kemampuan kreatifitas harus benar-benar digalakkan, dengan memberi ruang sebesar-besarnya bagi upaya belajar berkhayal (berimajinasi), mengeksplor seluas mungkin segala sesuatu dan mencoba sebanyak-banyaknya, berpikir bebas, termasuk berani bereksperimen walaupun seringkali salah (trial and error). Itu semua menjadi penting dalam pengembangan proses belajar-mengajar berbasisi proyek penelitian (project-based learning). 

Oleh karenanya, program kegiatan seni, apapun bentuknya dan kegiatan bakat-minat lainnya adalah sangat sentral. Tidak hanya untuk mendorong daya imajinatif dan kreatif melainkan sebagai sarana melembutkan hati dan memperbaiki budi pekerti. Program pengembangan bahasa juga sangat strategis sebagai sarana pengembangan daya dan minat baca yang mendukung upaya penghangatan intelektual dan peningkatan kemampuan literer. Pengembangan skill dan entrepreneurship juga tidak hanya dibatasi pada pelatihan vokasional dalam arti terbatas keterampilan praktis ataupun kemampuan berorganisasi, manajemen, dan berbagai soft skill lainnya, tetapi sesuai makna aslinya “vocation” sebagai panggilan jiwa (life calling). Berbuat atau bertindak yang didorong oleh panggilan jiwa akan terjadi dengan penuh kegairahan dan rasa cinta (passion), sehingga menjadi sumber kebahagiaan, menghasilkan profesionalisme, performance, kepercaya diri, kemandirian, dan ketangguhan.

Uraian sederhana yang disarikan dari rubrik kolom majalah Tempo edisi 17-23 Desember 2012 diatas mengandung makna pendidikan yang berorientasi “ngu-wong-ke”. Artinya memperhatikan potensi yang dimiliki sekaligus yang dibutuhkan peserta didik dengan memberikan peran aktif untuk pengembangan potensi yang dimilikinya agar pada akhirnya menjadi “wong” dalam arti yang sebenarnya. Wong yang menjadi bagian dari ummatan wasathan yang mempunyai peran penting sebagai khalifatullah di permukaan bumi dengan tugas sucinya untuk selalu memberi manfaat, menebar kedamaian, dan menjadikan dunia lebih maslahah. Semoga bermanfaat..

Wallahu a’lam bi al-Shawab.  

Malang, 1 Januari 2013

Prof. Dr.H. A. Muhtadi Ridwan, M. A.

Editor: Mz

  • Penulis: humaslp

Rekomendasi Untuk Anda

  • Pengembangan Mutu Melalui Media Pembelajaran Aplikasi Kipin School 4.0 se MWC Ma’arif Lawang di SDI NU Lawang

    Pengembangan Mutu Melalui Media Pembelajaran Aplikasi Kipin School 4.0 se MWC Ma’arif Lawang di SDI NU Lawang

    • calendar_month Jumat, 16 Jun 2023
    • account_circle humaslp2
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Muhammad Fajar Fatihatur Rizki, Lukman Sholeh, Shabrina Ratu Alam S. Jum’at, 16 Juni 2023 LP Ma’arif NU Kabupaten Malang Malang, (15/6/2023), Kian hari persaingan di dunia industri kian ketat. Hal ini salah satunya dilatarbelakangi dengan perkembangan industri yang sudah memasuki revolusi industri 4.0. Menanggapi hal tersebut, kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan melalui usaha peningkatan […]

  • <strong>LANGKAH AWAL PROGRAM PENGABDIAN PC LP MA’ARIF KABUPATEN MALANG</strong>

    LANGKAH AWAL PROGRAM PENGABDIAN PC LP MA’ARIF KABUPATEN MALANG

    • calendar_month Kamis, 15 Des 2022
    • account_circle humaslp2
    • visibility 45
    • 0Komentar

    “Musuh terbesar kesusksesan adalah kesuksesan hari ini” John. C. Maxwell Selama saya di LP Ma’arif menemani Ketua LP Ma’arif Kabupaten Malang Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah,M.Pd.I bersama para pengurus lainnya. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin diketahui jawabnnya oleh para anggota Ma’arif di wilayah Kabupaten Malang. Sehinga tulisan ini menurut saya perlu guna menjawab […]

  • Madrasah Aljuneid Al Islamiah Singapore, Among The Pioneer Madrasah

    Madrasah Aljuneid Al Islamiah Singapore, Among The Pioneer Madrasah

    • calendar_month Senin, 13 Mar 2023
    • account_circle humaslp
    • visibility 154
    • 0Komentar

    Muhammad Masykur Izzy Baiquni. Senin 13 Maret 2023 Berkunjung ke madrasah-madrasah yang berkualitas untuk menempa ilmu pengetahuan sangat memberikan manfaat. Singapura adalah negara yang dikenal memiliki tingkat pendidikan yang baik dan berkualitas. salah satunya adalah Madrasah Aljuneid Al Islamiah. LP Ma’arif NU Kabupaten Malang Jatim Indonesia beserta rombongan dari Indonesia melakukan penjajakan kerjasama (letter of […]

  • Kecerdasan Buatan, Kebutuhan atau Keharusan?

    Kecerdasan Buatan, Kebutuhan atau Keharusan?

    • calendar_month Minggu, 16 Mar 2025
    • account_circle humaslp2
    • visibility 187
    • 0Komentar

    Oleh: Izzy. Minggu 16 Maret 2025 “Kehidupan adalah perubahan yang alami dan spontan. Jangan menolaknya, karena akan menimbulkan kesedihan. Biarlah sesuai dengan kenyataan. Biarkan mengalir secara natural, berjalan seperti apa adanya.” Lao Tzu Guru-guru mulai berdatangan bersamaan saya dan Muhammad Nur Hasyim M.Pd. memasuki halaman MI Al Islah Sumbersuko Wagir. Rencananya Sabtu 15 Maret 2025 […]

  • Geliat Ma’arif di Sumberpucung

    Geliat Ma’arif di Sumberpucung

    • calendar_month Kamis, 15 Des 2022
    • account_circle humaslp3
    • visibility 47
    • 0Komentar

    humaslp5 months ago Berita, PendidikanMuhammad Masykur Izzy Baiquni, 11 Juni 2022 Malang, LP Ma’arif Kabupaten Malang. Belum sepekah setlah pengukuhan semua pengurus LP Ma’arif Kabupaten Malang. LP Ma’arif sudah mendapatkan tugas kembali untuk turba ke Kecamatan Sumberpucung dalam rangka penguatan dan mengembangkan program pendidikan Ma’arif diberbagai daerah. bertepatan dengan kegiatan rutin Lailatul Ijtima’ yang dilaksanakan […]

  • <strong>Quality Control Circle Kepemimpinan Rasulullah saw</strong>

    Quality Control Circle Kepemimpinan Rasulullah saw

    • calendar_month Jumat, 10 Feb 2023
    • account_circle humaslp
    • visibility 56
    • 0Komentar

    Oleh: Muhammad Masykur Izzy Baiquni “Setiap institusi hebat adalah perpanjangan bayang-bayang seseorang” Ralph Waldo Emerso Beberapa kali saya diminta untuk berbicara tentang kepemimpinan di beberapa acara yang sangat sederhana karena bagi saya itu adalah forum belajar. Learn to know, learn to do, learn to be, leran to live together dan learn to learn. Terkadang saya […]

expand_less