Masa depan SMK menurut Mantan ketua LP Ma’arif NU Kab Malang dalam pengukuhan Guru Besar Prof Dr H Syamsul Hadi, MPd, Med.
- account_circle humaslp2
- calendar_month Jumat, 18 Apr 2025
- visibility 237

Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah, M.Pd.I. Jum’at 18 April 2025.
LP Ma’arif PCNU Kabupaten Malang
Alhamdulillah hari ini 17 April 2025 saya bersama ibu Dr. Hj. Najmah, M.Pd. menghadiri pengukuhan Guru Besar Profesor Dr. H. Syamsul Hadi, MPd, Med. di Universitas Negeri Malang, Aula GKB Gedung A19. Saya mengenal beliau sebagai ketua LP Ma’arif NU Kabupaten Malang pada tahun 2001-2006. Beliau asli alumni dari MINU II Bunutwetan lulus tahun 1973. Alumni SMP NU Pakis lulus tahun 1976, dimana kedua sekolah tersebut d ibawah naungan LP Ma’arif PCNU Kabupaten Malang. Beliau juga khidmat menjadi kepala SMA NU di Pakis 1987-1994 serta wakil kepala SMP NU Pakis 1987-1991. Jadi, kiprah Prof. Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., Med. di NU memang betul-betul beliau tunjukkan. Selain itu, beliau juga menapaki karir akademiknya menjadi wakil rector III bidang kemahasiswaan dan alumni di UM tahun 2012-2014, ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan pembelajaran (LP3) UM tahun 2012-2014, pembantu dekan bidang akademik FT UM tahun 2011-2012.
Sebagai guru besar di bidang pendidikan vokasi, tentu pidato beliau tadi sangat menarik tentunya dalam kontek Indonesia. Meskipun berbagai kebijakan strategis peningkatan pendidikan kejuruan telah digulirkan dalam satu dasawarsa terakhir, harapan Indonesia untuk mewujudkan pendidikan kejuruan yang efektif belum juga terpenuhi, ujarnya. Beliau juga mengungkapkan “Saya tidak menemukan hasil-hasil penelitian yang mengkorelasikan usia atau pengalaman kerja dengan employment dan penghasilan.” Saat pidato tadi, beliau menyajikan data dari Biro Pusat Statistik hanya meliputi perbedaan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan rerata pendapatan perbulan dari tahun ke tahun antara lulusan SMK dan SMA.
Dalam kurun sepuluh tahun terakhir, Tingkat keterserapan lulusan SMK di dunia kerja tidak pernah mampu mengungguli lulusan SMA. Data yang dicatat oleh Biro Pusat Statistik (BPS, 2025) menunjukkan bahwa sejak 2015 – 2024, TPT lulusan SMK selalu lebih tinggi dari lulusan SMA” ungkapnya. Bahkan, lebih memprihatinkan lagi, dalam kurun waktu yang sama posisi TPT lulusan SMK ini selalu berada pada tingkat tertinggi dibandingkan dengan lulusan semua jalur atau jenjang pendidikan lainnya.
Setidaknya terdapat dua perspektif untuk menjelaskan ketidakmampuan lulusan SMK mengungguli lulusan SMA dalam persaingan di pasar kerja. Perspektif pertama, dari perspektif SMK sebagai penyedia (supplier) tenaga kerja. Perspektif ini dapat dianalisis dari proses pendidikan yang berdampak pada kualitas serta relevansi lulusannya. “Proses Pendidikan SMK berangkali memang belum mampu membelajarkan siswa secara efektif, bisa jadi hal ini bermula dari kurikulum yang kurang relevan dengan perkembangan kebutuhan pasar kerja yang kemudian berdampak pada proses pembelajaran di dalam kelas yang pada akhirnya bermuara pada capaian hasil belajar lulusan SMK yang tidak link and match dengan kebutuhan dunia kerja.” Ujarnya.
Perspektif kedua, persepsi pengguna tenaga kerja terhadap kesiapan calon tenaga kerja bahwa lulusan SMK dan SMA menduduki posisi dua tertinggi dalamTingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Keberimbangan relatif tingkat employment lulusan SMK dan SMA tersebut mengindikasikan bahwa dalam pandangan pengguna tenaga kerja, kecakapan generic, maupun spesifik, memiliki nilai relatif sama bagi mereka. Akibatnya, Ketika dihadapkan pada kegamangan akan kecukupan kemampuan teknikal spesifik yang dimiliki calon tenaga kerja, mereka cenderung memilih calon tenaga kerja berkemampuan teknikal spesifik yang dimiliki calon tenaga kerja. Mereka lebih memilih calon tenaga kerja yang berkemampuan lebih pada dominan akademik atau generic lulusan SMA, dalam pandangan tenaga kerja. “Recruitmen is essential for longer-term success” dan karena itu setiap tenaga kerja yang direkrut adalah orang-orang yang “can grow from chef to CEO”. Oleh karena itu penting untuk menyeimbangkan antara kemampuan teknikal dan akademik agar calon tenaga kerja siap menghadapi tuntutan jangka pendek maupun jangka panjang”, dan pendidikan kejuruan perlu dirancang secara holistik agar dapat membekali individu dengan ketrampilan yang lengkap dan berkelanjutan sepanjang hidupnya” jelas Syamsul Hadi.
(Mz)
- Penulis: humaslp2